Karya : Syaikh Abul Hasan Arrozihi Yaman
Alih Bahasa : Yanuarizki Wofi Amalia
Pendahuluan
Telah banyak permintaan dari saudara-saudara kami,
agar saya membuat panduan ringkas untuk menimba ilmu di ma’had-ma’had ilmu dan markaz-markaz –
semoga Allah menjaganya dari segala keburukan dan menambahkannya segala
kebaikan -.
Dikarenakan seorang penuntut ilmu melihat banyaknya
pelajaran dalam berbagai bidang ilmu, dan terkadang jiwa seseorang penuntut
ilmu lebih menyenangi untuk mempelajari ilmu ini atau ilmu itu, pelajaran ini
atau pelajaran yang lain, kemudian dia menghadiri majelis ini atau majelis itu,dan mungkin saja dia tetap dalam keadaan seperti ini dalam waktu yang tidak
sebentar, kemudian dia merasa bahwa dirinya telah meraup berbagai ilmu yang
bermanfaat,
Sebelum saya menyebutkan maksud risalah ini,
seyogyanya bagi penuntut ilmu untuk meminta pertolongan kepada Allah dalam
menuntut ilmu, dan mengikuti langkah-langkah yang akan saya sebutkan,
insyaAllah.
Sesungguhnya penuntut ilmu pemula dalam berbagai macam
bidang ilmu, mendapati dirinya di hadapan kitab-kitab dan masalah-masalah
bidang ilmu yang sedang dia tuntut, adalah sesuatu yang kecil – dan memang
seperti itu – mungkin saja dia mengira bahwa dirinya tidak dapat berhadapan
dengannya dan tidak dapat mencapai derajat yang tinggi dalam ilmu tersebut,
sebenarnya perkaranya lebih mudah dari yang dia bayangkan dan lebih gampang
dari yang dia lihat bagi siapa yang diberi taufiq dan hidayah dari Allah
subhanahu wa ta’ala.
Dan sebelum saya menyebutkan petunjuk ilmu syar’I yang
dipelajari dahulu, dengan senang hati saya menunjukkan anda beberapa kaidah
umum dalam menuntut ilmu apa saja.
Pertama :
Jujur kepada Allah dan ikhlas dalam menuntut ilmu.
Allah ta’ala berfirman :
و
ما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين (البينة : 5)
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus.(Q.S Al Bayyinah : 5).
Maka sesungguhnya wajib bagi penuntut ilmu untuk
mengikhlaskan niatnya ketika dia menuntut ilmu, dan hendaknya dia memaksudkan
dalam menuntut ilmu untuk mengharap wajah Allah ta’ala.
- Berhati-hatilah dengan sangat dalam menjadikan menuntut ilmu sebagai jalan untuk meraih tujuan-tujuan dunia yang fana, atau sebagai perantara untuk menjadi pengganti seseorang.
- Hendaknya dia takut untuk membanggakan ilmu dan berhati-hati apabila tujuannya untuk memperoleh kepemimpinan, mencari pengikut, dan menarik orang untuk masuk ke majelisnya.
- Hendaknya dia menuntut ilmu dan menghafalnya untuk diperhatikan dan diamalkan, tidak hanya terus menambah permasalahan-permasalahan ilmu, menghafal matan-matannya saja, karena ilmu pada zaman kita ini banyak, dan orang yang menperhatikannya lagi mengamalkannya sedikit, bisa saja orang yang hadir seperti orang yang tidak hadir, orang yang mengetahui seperti orang jahil, dan orang yang membawa ijazah-ijazah tinggi tidak ada yang menetap padanya dari gelar yang berada di belakang namanya kecuali nama doktor, syaikh, atau ustadz – dan lainnya -.
Maka bersungguh-sungguhlah dalam perkaramu, ikhlaskan
niat dalam maksudmu, dan berharaplah kepada Allah agar menganugerahimu ilmu
yang bermanfaat dan menjagamu dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Al Khotib berkata : “Seyogyanya bagi penuntut ilmu
untuk mengikhlaskan niatnya, dan memperbaharui tekadnya untuk bersabar dalam
menuntut ilmu, dan jika ia melakukan hal-hal ini, sudah sepantasnya dia dapat
meraih keinginannya”.
Kedua :
Merendah, berdoa, dan tunduk kepada Allah dalam setiap saat.
Allah ta’ala berfirman :
و
إذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي
لعلهم يرشدون (البقرة : 186)
Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S Al Baqarah : 186).
Seorang penuntut ilmu harus menghadap kepada Allah
dengan doa setiap saat dan selamanya, terlebih jika dia mengalami kesulitan
dalamm suatu permasalahan, maka hendaknya dia berdoa kepada Allah agar
memahamkan dan memudahkan permasalahan tersebut. Nabi – shallallahu alaihi wa
sallam -, ketika dipaparkan masalah mula’anah kepada beliau, beliau berkata:
“Ya Allah,, bukakanlah”, kemudian beliau berdoa.
Syaikh Bakr Abu Zaid berkata dalam Hilyah Tholibil
Ilmi: “Wahai penuntut ilmu, lipatgandakanlah keinginanmu, bersegeralah berdoa
dan bersandar kepada Allah, serta mengadu di hadapanNya.Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah banyak berkata dalam doanya, ketika belum ditemukan tafsir sebuah
ayat dari kitabullah: “Wahai Dzat Yang mengajari Adam dan Ibrahim, ajarilah
aku, wahai Dzat Yang memahamkan Sulaiman, pahamkanlah aku”, kemudian beliau
mendapatkan jalan keluar.
Ketiga :
Memperhatikan ushul(dasar) dan kaidah ilmu.
Merupakan sesuatu yang telah diketahui, apabila
seseorang bermaksud pergi ke sebuah tempat, maka dia harus mengetahui jalan
menuju tempat tersebut, dan jika jalannya berbilang, maka dia mencari jalan
yang paling dekat dan mudah. Oleh karena itu, merupakan sesuatu yang penting
bagi seorang penuntut ilmu agar membangun ilmunya yang dia tuntut di atas
sebuah ushul dan janganlah dia bertindak serampangan, karena barangsiapa yang
tidak memantapkan dasarnya, maka dia akan terhalang untuk mencapainya.
Berkata nadzim :
- وبعد فالعلم بحور زاخره *** لن يبلغ الكادح فيه آخره.
-
لكن في أصوله له تسهيلا
*** لنيله فاحرص تجد سبيلا.
-
اغتنم القواعد الأصولا
*** فمن تفته يحرم الوصولا.
Ushul(dasar) ilmu adalah ilmu itu sendiri, dan
permasalahan-permasalahan adalah cabang, seperti pohon dan ranting-rantingnya,
apabila rantingnya tidak berada di pohon yang baik, maka ia akan menjadi layu
dan mati.
Akan tetapi, apa ushul itu?apakah dalil-dalil yang
shohih?atau kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan?atau keduanya?
Ushul(dasar) adalah dalil-dalil dari Al Quran, hadits,
kaidah dan ketentuan yang diambil dengan metode penelitian dan membaca Al Quran
dan hadits.Inilah sesuatu terpenting bagi seorang penuntut ilmu.
Syaikh Ibnu Utsaimin – rahimahullah – berkata dalam
Washiyyatun Dzahabiyyah liabna’I Al Ummah Al Islamiyyah: “Kemudian saya
menganjurkan kalian untuk memperhatikan kaidah-kaidah, kaidah ilmu dan
ketentuannya, kaidah syar’I yang agung, yang dia seperti gunung, tidak
tersingkirkan oleh angin, karena barangsiapa yang tidak memantapkan dasarnya,maka
dia akan terhalang untuk mencapainya, maksudnya kamu mengambil(mempelajari)
satu persatu permasalahan ilmiah, ini adalah sesuatu yang bagus, akan tetapi
jangan kamu berpaling menjadi orang awam, yang memahami ilmu dengan satu
permasalahan ke permasalahan yang lain, akan tetapi jika kamu mempunyai ushul,
kamu dapat membangun kebaikan yang banyak di atasnya, karena ushul yang kamu
jadikan pondasi ini dapat kamu bangun di atsanya permasalahan yang kamu hadapi
atau belum di kemudian hari nanti.
Maka saya menganjurkan penuntut ilmu di semua tempat
dan dalam segala moment, agar memperhatikan kaidah-kaidah dan ushul-ushul,
karena itu adalah ilmu yang sebenarnya”.
Bersambung.....................
Diterjemahkan dari kutaib(Al Manhajiah FI Thalabil 'Ilmy) Karya : Syaikh Abul Hasan Arrozihi, Murid dari Syaikh Muqbil - Rahimahullah-.
0 komentar:
Posting Komentar