يا سَائِليْ
عَنْ مَذْهَبِيْ وعَقيدَتِيْ رُزِقَ الهُدَى مَنْ
لِلْهِدَايَةِ يَسْأَلُ
Wahai orang
yang bertanya tentang madzhab dan aqidahku, Semoga diberi anugrah
petunjuk orang yang bertanya (meminta) tentang hidayah
Penjelasan Matan :
1.
Syaikhul Islam menulis risalah ringkas ini
sebagai jawaban atas seseorang yang bertanya kepada beliau tentang aqidah dan
madzhab yang diyakininya. Dan inilah yang sepantasnya dilakukan oleh seorang
muslim agar bertanya kepada ‘Ulama perkara-perkara yang tidak difahami dalam
urusan agamanya, supaya ia beribadah berdasarkan ilmu dan petunjuk. Bukan
karena ikut-ikutan.
2.
Pertanyaan dalam Al-Qur’an dan Sunnah ada dua
bentuk :
a.
Pertanyaan dengan tujuan mendapatkan penjelasan
dan keterangan tentang suatu masalah yang tidak difahami dan sangat dibutuhkan,
maka pertanyaan jenis ini dibolehkan bahkan dianjurkan.
Allah ta’ala
berfirman,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ
كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu
tiada mengetahui”. (QS. Al-Anbiya’ 7)
b.
Pertanyaan
yang menyusahkan,membingungkan, untuk mencari keringan atau untuk tujuan
menabrakkan pendapat ulama dengan ‘ulama yang lainnya, maka hal ini tidak dibolehkan,
dengan seorang mufti hendaknya tidak menjawab pertanyaannya sebagai pelajaran
atas penanya.
·
Imam
Ibnu Abdil Bar Rahimahullah telah menukil kesepakatan ‘Ulama atas
dilarangnya mencari keringan-keringan dalam beragama dan mencari pendapat yang
sesuai dengan hawa nafsu.(Lihat. Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi 2/92).
3.
Perkataan
Ibnu taimiyah rahimahullah : (رُزِقَ الهُدَى
مَنْ لِلْهِدَايَةِ يَسْأَلُ ) “Semoga diberi
anugrah petunjuk orang yang bertanya (meminta) tentang hidayah”.
·
Anugrah atau rezeki ada dua macam :
a.
Rezeki
yang ‘Amm (Umum) yaitu Rezeki yang Allah berikan kepada semua makhluknya,
jin,manusia dan binatang. Baik yang muslim maupun yang kafir.berupa makan dan
minum atau yang lainnya.
Allah ta’ala berfirman,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezekinya”
أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya),
kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu
dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar”.
b.
Rezeki
yang Khas (Khusus) yaitu Rezeki berupa ilmu,iman, hidayah dan semua yang
bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.
·
Dan
doa yang dipanjatkan syaikhul islam adalah doa jenis kedua, yaitu beliau
memohon kepada Allah agar penanya mendapatkan petunjuk dan hidayah dari Allah Subhanahu
wata’ala. Wallahu A’lam Bisshowab
4.
Faidah
: Apakah harta yang didapat dengan cara yang haram termasuk rezeki, seperti
harta hasil mencuri, uang riba dan lainnya?
Jawab : Harta yang didapat dengan cara yang haram termasuk rezeki
dari Allah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ
إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyemba”. (QS. Al-Baqarah 172)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk
memakan rezeki Allah yang baik-baik saja. Mafhumnya bahwa Allah melarang kita
memakan rezeki yang tidak baik atau haram.
Artikel ini ditulis di Ponpes Al-Mahmud aik Ampat, hari rabu 4 Maret 2018
Bahrul Ulum Ahmad Makki
Refrensi :
- · Al-Laali’ Al-Bahiyah Syarh Lamiyah Karya Syaikh Ahmad bin Abdullah Al-Mardawy Al-Hambaly
- · Al-Fawaid Al-bahiyah Fi Syarh Lamiyah Karya syaikh Muhammad Hizam al-Ba’dany
- · Ad-Duror Al-Aqdiyah fi Syarh Lamiyah Karya Syaikh Abu Hamzah Sa’ad Abdussalam An-Nazily
0 komentar:
Posting Komentar