Kewajiban
Berpegang Kepada Kebenaran Dan Hukum memuji diri sendiri
اسمَعْ كَلامَ
مُحَقِّقٍ فِي قَـوْلـِهِ لَا يَنْـثَنِي عَنْـهُ وَلَا
يَتَبَـدَّلُ
“Dengarkanlah
pembicaraan ahli tahqiq di dalam perkataannya, dimana Ia tidak pernah mundur
dan berubah dari perkataannya”.
Penjelasan Matan Lamiyah :
Dalam
ba’it syair ini syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menyanjung dan
memuji dirinya, bahwa ia seorang ahli tahqiq yang tidak akan pernah mundur dan
meninggalkan kebenaran yang ia yakini.Hal ini tidak bertentangan dengan ayat
atau hadits-hadits yang melarang untuk memuji diri sendiri, karena didalamnya
terdapat mashlahat syar’i. diantaranya supaya pembaca tidak ragu menerima apa
yang akan disampaikan Syaikhul Islam karena beliau seoramg ‘Ulama yang ahli dan
mumpuni dalam semua bidang ‘Ilmu agama.
Adapun
dalil-dalil yang menunjukkan bolehnya memuji diri sendiri karena adanya
mashlahat syar’I :
·
Firman Allah subhanahu wata’ala,
قَالَ
اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata tentang ayat diatas :
“Yusuf memuji diriNya, dibolehkan bagi seseorang untuk melakukan hal itu
apabila dirinya tidak dikenal karena dibutuhkan”.
·
Hadits Bukhari No.2778
عَنْ
أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ عُثْمَانَ ـ رضى الله عنه ـ حَيْثُ حُوصِرَ
أَشْرَفَ عَلَيْهِمْ وَقَالَ أَنْشُدُكُمْ وَلاَ أَنْشُدُ إِلاَّ أَصْحَابَ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، أَلَسْتُمْ تَعْلَمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ حَفَرَ رُومَةَ
فَلَهُ الْجَنَّةُ ،فحَفَرْتُهَا، أَلَسْتُمْ تَعْلَمُونَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ
جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ. فَجَهَّزْتُهُم. قَالَ
فَصَدَّقُوهُ بِمَا قَالَ.
“Dari
Abu ‘Abdir Rahman Rahimahullah, “Bahwasanya Ketika ‘Utsman dikepung oleh para
pemberontak, beliau melihat mereka lalu berkata, “Saya bertanya kepada kalian
atas nama Alloh, dan saya tidak bertanya kecuali kepada para sahabat Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Bukankah kalian tahu bahwa Rosululloh pernah
bersabda, “Barangsiapa yang menggali sumur Rumah, maka baginya surga!”, lalu
akupun menggalinya?”. Bukankah kalian
tahu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, pernah bersabda,
“Barangsiapa yang menyiapkan perbekalan tentara yang tidak memiliki
perbekalan(karena tidak mampu), maka baginya surga!”, lalu akupun melengkapi
perbekalan mereka? Maka mereka (para sahabat) pun membenarkan perkataan ‘Utsman
ter-sebut.”
·
Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah berkata
dalam kitab fathul Baari : “Dalam hadits ini menunjukkan bolehnya seseorang
menceritakan keutamaan-keutamaannya ketika dibutuhkan, untuk menolak
kemudhorotan, atau untuk mendapatkan manfaat, Hal itu dibenci (menceritakan
keutamaan sendiri) dengan tujuan berbangga-bangga dan ujub”.
·
Hadits riwayat Muslim No.2426
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بِنْ مَسْعُوْدٍ –رضي
الله عنه-، أَنَّهُ قَالَ : ] وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [ (آل عمران:161) , ثُمَّ قَالَ : عَلَى قِرَاءَةِ مَنْ تَأْمُرُونِي
أَنْ أَقْرَأَ. فَلَقَدْ قَرَأْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِضْعًا وَسَبْعِينَ سُورَةً، وَلَقَدْ عَلِمَ أَصْحَابُ رَسُولِ
اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَنِّي أَعْلَمُهُمْ بِكِتَابِ
اللَّهِ وَلَوْ أَعْلَمُ أَنَّ أَحَدًا أَعْلَمُ مِنِّي لَرَحَلْتُ إِلَيْهِ .
“Dari ‘Abdullah bin Mas’ud
Radhiallahu ‘Anhu, Bahwa ia membaca ayat “Barang siapa berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang, maka ia akan datang pada hari kiamat dengan membawa
harta yang dikhianatkannya itu.’ (Qs. Ali Imran161) Kemudian ia berkata :“Kalian
memintaku membaca (al-qur’an) sesuai dengan qiraat siapa , Bahwasanya saya
telah membaca kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebanyak tujuh
puluh surat lebih. Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamtelah mengetahui bahwasanya saya orang yang paling mengetahui
tentang Al Qur’an. Seandainya saya mengetahui bahwa ada orang yang lebih ‘Alim
daripada saya tentang Al Qur’an, Niscaya saya akan mendatanginya untuk berguru
kepadanya.”
Imam Nawawi Rahimahullah berkata : “Hadits
ini menunjukkan bolehnya seseorang
menyebut keutamaan dan ‘Ilmu nya atau yang lainnya ketika dibutuhkan, Adapun
memuji diri sendiri yang terlarang adalah yang tidak ada kebutuhan (tidak ada
mashlahat) untuk berbangga dan ‘Ujub”.
v Ucapan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah :
لَا يَنْـثَنِي
عَنْـهُ وَلَا يَتَبَـدَّلُ
“Ia
tidak akan pernah mundur dan berubah dari perkataannya (kebenaran yang
diyakininya)”.
Inilah sifat ahlussunnah wal jama’ah,
mereka kokoh dalam mempertahankan aqidah dan agamanya, karena semua itu
dibangun diatas dalil-dalil dari al-qur’an dan Sunnah-sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam,
Imam Abu
‘Ismail Al-Harawy Rahimahullah berkata : “ Aku diancam dengan pedang
tujuh kali, bukan karena diminta meninggalkan agama, akan tetapi saya diminta
untuk diam tidak membantah orang-orang yang menyelisihi ku, Namun saya
mengatakan : Tidak (tidak akan diam).”
Imam
Malik Rahimahullah, didatangi oleh seseorang dan berkata kepadaNya : Aku
ingin berdebat denganmu, Imam Malik bertanya kepadanya : Kalau kamu mengalahkan
saya, Laki-laki itu berkata : Anda harus mengikuti saya, Imam Malik bertanya :
Kalo aku yang mengalahkanmu? Laki-laki itu berkata : Aku akan mengikutimu. Lalu
Imam Malik berkata kepada nya : “Wahai hamba Allah, Allah mengutus Nabi
Muhammad dengan membawa satu agama, dan saya melihat kamu ini termasuk orang
yang suka berpindah dari satu agama ke agama yang lain”.
‘Umar
Bin Abdul aziz Rahimahullah berkata : “ Barangsiapa yang menjadikan agama nya
sebagai bahan perdebatan dan permusuhan maka ia akan berpindah-pindah
(keyakinan).
Wallahu A’lam Bisshowab
Selesai
ditulis kamis 20 Rajab 1439 H / 5 Maret 2018 di Pondok Tahfidz Putri Al-Mahmud
Aik Ampat
Bahrul
Ulum Ahmad Makki
Referensi
:
·
Syarah
Lamiyah syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Karya Syaikh Yahya Bin ‘Ali Al-Hajuri
·
Al-Fawaid
Al-bahiyah Fi Syarh Lamiyah Karya syaikh Muhammad Hizam al-Ba’dany
0 komentar:
Posting Komentar