Donasi Tanah Wakaf

Donasi Tanah Wakaf

Cari Blog Ini

Pages - Menu

Pengunjung Blog

free counters

Rabu, 18 April 2018

Riyadush Shalihin Bab Sabar Hadits ke-25

(Hadits tentang mizan, keutamaan sedekah, bersabar dll)

وعن أبي مالكٍ الحارث بن عاصم الأشعريِّ ، قَالَ : قَالَ رسولُ الله : (( الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمان ، والحَمدُ لله تَمْلأُ الميزَانَ ، وَسُبْحَانَ الله والحَمدُ لله تَملآن - أَوْ تَمْلأُ - مَا بَينَ السَّماوات وَالأَرْضِ، والصَّلاةُ نُورٌ ، والصَّدقةُ بُرهَانٌ ، والصَّبْرُ ضِياءٌ ، والقُرْآنُ حُجةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائعٌ نَفسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُها )) رواه مسلم
Dari Abu Malik al-Haarits bin ‘Ashim al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bersuci adalah setengah dari iman, alhamdulillah memenuhi timbangan, subhanallah dan alhamdulillah keduanya memenuhi apa yang ada antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti keimanan, kesabaran adalah sinar, dan al-Qur’an adalah hujjah yang membelamu atau justru mencelakakanmu. Setiap orang berangkat pagi-pagi untuk menjual dirinya, maka ada yang memerdekakan dirinya (dari api neraka) dan ada pula yang justru membinasakannya.” (HR. Muslim)

Selasa, 17 April 2018


Umdatul Ahkam Hadits 7
Sifat Wudhu’ Rasulullaah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رضي اللهُ عنهما : (أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ , فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إنَائِهِ , فَغَسَلَهُمَا ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْوَضُوءِ , ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاثاً , وَيَدَيْهِ إلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاثًا , ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ , ثُمَّ غَسَلَ كِلْتَا رِجْلَيْهِ ثَلاثًا , ثُمَّ قَالَ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ  يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ، وَقَالَ : (مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا , ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ , لا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ).
Dari Humran, bekas budak yang telah dimerdekakan oleh ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhuma, bahwa ia melihat ‘Utsman minta di ambilkan air wudhu’, lalu beliau menuangkan air tersebut dari wadahnya pada kedua telapak tangannya, lalu membasuhnya tiga kali. Beliau kemudian memasukkan tangan kanannya kedalam air, lalu berkumur-kumur, memasukkan air hidung dan mengeluarkannya, lalu membasuh wajahnya tiga kali, dan kedua tangannya bersama siku tiga kali, lalu mengusap kepalanya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali. Lalu ia berkata : Aku telah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berwudhu’ seperti cara wudhu’ku ini dan beliau bersabda : “Barangsiapa berwudhu’ seperti cara whudu’ku ini, lalu ia shalat dua raka’at dengan khusu’, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Muttafaqun ‘Alaih).

Sabtu, 14 April 2018


Fiqih Ramadhan Bag.2
Hukum Berpuasa Pada Bulan Ramadhan
Berpuasa pada bulan ramadhan hukumnya wajib bagi tiap-tiap muslim yang balig, berakal, sehat dan mukim (tidak dalam keadaan bepergian), dan ia salah satu rukun islam yang lima.
Puasa ramadhan diwajibkan pada tahun 2 hijriyah, awal mula diwajibkannya, seseorang dibolehkan memilih antara berpuasa dan memberi makan fakir miskin. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa selama 9 ramadhan menurut ijma’ ‘Ulama.

Makna Dan Keutamaan Berpuasa

A. Definisi Puasa

Puasa ( الصوم والصيام ) secara bahasa adalah Menahan dan meninggalkan sesuatu, dan juga digunakan pada semua jenis menahan. Allah Subhanahu Wata’aala, menceritakan tentang Maryam ‘Alaihassalam, :
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pemurah.” (QS. Maryam : 26), yaitu : Diam, menahan dan meninggalkan berbicara.

Kamis, 12 April 2018

Keutamaan Para Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

وَلِكُلِّهِمْ قَـدْرٌ علا وَفَضْائلٌ   لكِنَّما الصِّديقُ مِنْهُمْ أَفْضَـل
Dan  setiap mereka memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat tinggi, tetapi As-siddiq (Abu Bakar red-) yang paling utama diantara mereka

Penjelasan Matan Lamiyah Ibnu Taimiyah :

  1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, telah menjelaskan dalam bait ini, bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, memiliki kedudukan dan keutamaan yang tinggi disisi Allah Subhanahu wata’aala. Sekaligus sebagai bantahan terhadap dua kelompok sesat yaitu Syi’ah rofidhoh dan Nawashib.

Selasa, 10 April 2018

Cara Mensucikan Bejana Yang Dijilat Anjing ( Hadits Ke-6)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ : ( إذَا شَرِبَ الْكَلْبُ فِي إنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سَبْعاً).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seekor anjing minum pada bejana salah seorang diantara kalian maka hendaknya ia mencuci bejana tersebut sebanyak 7 kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
وَلِمُسْلِمٍ : ( أُولاهُنَّ بِالتُّرَابِ ) .
Dalam riwayat imam muslim: “Awal dari yang tujuh dengan tanah.” (HR. Muslim)
وَلَهُ فِي حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ : ( إذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِي الإِناءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعاً وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ بِالتُّرَابِ ) .
Juga dalam riwayat beliau hadits dari Abdullah Ibnu Mughaffal, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seekor anjing menjilat pada bejana, maka hendaknya kalian mencuci bejana tersebut sebanyak 7 kali, lalu ke delapannya dicuci menggunakan tanah.” (HR. Muslim)

Minggu, 08 April 2018

Bertawassul Kepada Allah Dengan Amal Sholih, Bolehkah?
Syaikhul Islam Rahimahullah, berkata :
حُبُّ الصَّحابَةِ كُلهمْ لي مَذْهَبٌ      وَمَوَدَّةُ القُرْبى بِها أَتَوَسّــل
“Mencintai sahabat seluruhnya merupakan madzhabku, dan memberikan loyalitas kecintaan kepada kerabat nabi dengan itu aku Bertawassul.”
Penjelasan Matan Lamiyah Ibnu Taimiyah :
1.     Pengertian tawassul :
·        Tawassul adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan segala bentuk ibadah dan ketaatan kepada-Nya, serta Meninggalkan semua yang dilarang –Nya, dengan tujuan untuk menggapai ridha Allah Subhanahu Wata’ala.
2.     Macam-macam Tawassul :
Tawassul ada dua macam : Tawassul Yang Masyru’ (Tawassul yang disyari’atkan) dan tawassul gairu masyru’ (Tawassul yang tidak disyari’atkan)
v Tawassul Yang Masyru’ (Tawassul yang disyari’atkan) adalah tawasul yang ditetapkan dan dianjurkan  oleh Allah didalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasalam, dalam Sunnah-sunnah Nya, Tawassul jenis ini ada tiga macam :
a.     Bertawassul kepada Allah dengan nama dan sifat-sifat-Nya.
Yaitu Seseorang memulai do’anya dengan memuji,mengagungkan,mensucikan dan menyebut nama-nama-Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Agar pujian, pengagungan dan pensucian kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sebagai wasilah (perantara) dikabulkan doa dan keinginan nya.
·        Para ‘Ulama sepakat bahwa bertawassul kepada Allah Ta’la dengan nama dan sifat-sifat-Nya di anjurkan, baik untuk perkara dunia maupun akhirat.
Dalil disyari’atkan bertawassul dengan nama dan sifat-sifat Allah yang indah dan baik :
·        Surat Al-a’raf ayat 180, Allah berfirman
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
Hanya milik Allah asmaa-ul husna(Nama-nama yang indah), maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu”.
·        Dari Anas Bin Malik Radhiallahu ‘Anhu,  Bahwa beliau bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, duduk, kemudian ada seorang laki-laki sholat kemudian berdo’a :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ " ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى (
“Ya Allah, saya meminta kepada-Mu, Engkau yang memiliki segala pujian, tiada Tuhan selain Engkau yang esa tanpa sekutu, maha pemberi anugerah, yang menciptakan langit dan bumi, yang maha agung dan mulia, yang maha hidup dan mengurus segala sesuatu.” Rasulullah Saw bersabda: Dia telah berdoa dengan nama Allah yang agung, yang jika diminta dengan nama tersebut Allah akan mengabulkan. Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan Nama-Nya yang Agung yang jika berdoa dengannya akan dikabulkan, jika diminta dengannya Dia akan member”.
b.     Bertawassul kepada Allah dengan Iman dan Amal Sholih.
·        Para ‘Ulama sepakat bahwa dibolehkannya bertawassul kepada Allah dengan ‘amal sholih yang telah dilakukannya dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Dalil-dalil bolehnya bertawassul dengan ‘amal sholih adalah :
1)    Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam surat Al-Kahfi ayat 110
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”
2)    Firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 16
الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka
3)    Firman allah dalam surat Al-Imaran ayat 53
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah
4)    Dari Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘Anhu, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ نَفضرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى آوَاهُمُ الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ
“Ada tiga orang dari ummat sebelum kalian berangkat bepergian. mereka terpaksa bermalam di suatu gua kemudian mereka pun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu. Mereka berkata : “ bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar ini kecuali jika kalian berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan amalan baik kalian.”
قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمُ اللَّهُمَّ كَانَ لِي شَيْخَانِ كَبِيرَانِ ، لاَ أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أوْ مَالاً ، فَنَأَى بِى طَلَبِ الشَّجَرِ يَوْمًا ، فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا ، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ فَكَرِهْتُ أَنْ أوقظهما وأَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً ، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عفي يَدَىَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ ، فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ منه.
Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, aku mempunyai dua ibu bapak yang sudah  tua renta. Dan aku tidak pernah memberi minum susu kepada siapa pun sebelum keduanya minum. Aku lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga dan budakku , Kemudian pada suatu hari, aku mencari kayu di tempat yang jauh. aku tidak pulang kecuali setelah sore, dan aku dapati ibu bapakku telah tertidur. Aku pun memerah susu dan aku dapati mereka sudah tertidur pulas. Aku pun enggan memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku. Seterusnya aku menunggu hingga mereka bangun dan ternyata mereka barulah bangun ketika Shubuh, dan gelas minuman itu masih terus di tanganku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka meminum minuman tersebut. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar  mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa.

وَقَالَ الآخَرُ اللَّهُمَّ إنه كَانَتْ لِى بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَىَّ ، فَرَاوَدْتها عَلى نَفْسِهَا ، فَامْتَنَعَتْ مِنِّى حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ ، فَجَاءَتْنِى فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّىَ بَيْنِى وَبَيْنَ نَفْسِهَا ، فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا قَالَتْ لاَ أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِّهِ . فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهْىَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَىَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِى أَعْطَيْتُهَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ . فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ ، غَيْرَ أَنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا
Yang lain berkata : “Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang aku sangat menyukainya. Aku pun sangat menginginkannya. Namun ia menolak cintaku. Hingga berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku (karena sedang butuh uang). Aku pun memberinya 120 dinar. Namun pemberian itu dengan syarat ia mau tidur denganku (alias: berzina). Ia pun mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, keluarlah dari lisannya, “Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar (maksudnya: barulah halal dengan nikah, bukan zina).” Aku pun langsung tercengang kaget dan pergi meninggalkannya padahal dialah yang paling kucintai. Aku pun meninggalkan emas (dinar) yang telah kuberikan untuknya. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka lagi, namun mereka masih belum dapat keluar dari gua”


وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ إِنِّى اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ وأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ ، غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِى لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الأَمْوَالُ ، فَجَاءَنِى بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ إِلَىَّ أَجْرِى . فَقُلْتُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنَ الإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ . فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لاَ تَسْتَهْزِئْ بِى . فَقُلْتُ لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ . فَأَخَذَهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ . فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ.

Orang ketiga berkata, “Ya Allah, aku dahulu pernah mempekerjakan beberapa pegawai lantas aku memberikan gaji pada mereka. Namun ada satu yang tertinggal yang tidak aku beri. Malah uangnya aku kembangkan hingga menjadi harta melimpah. Suatu saat ia pun mendatangiku. Ia pun berkata padaku, “Wahai hamba Allah, bagaimana dengan upahku yang dulu?” Aku pun berkata padanya bahwa setiap yang ia lihat itulah hasil upahnya dahulu (yang telah dikembangkan), yaitu ada unta, sapi, kambing dan budak. Ia pun berkata, “Wahai hamba Allah, janganlah engkau bercanda.” Aku pun menjawab bahwa aku tidak sedang bercanda padanya. Aku lantas mengambil semua harta tersebut dan menyerahkan padanya tanpa tersisa sedikit pun. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini”. Lantas goa yang tertutup sebelumnya pun terbuka, mereka keluar dan berjalan. (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3404 dan Muslim no. 2743)
c.      Bertawassul kepada Allah dengan meminta doa dari orang sholih yang masih hidup.
·        Seorang muslim meminta kepada saudaranya yang sholih (Syaikh, Kiyai, Ustadz) untuk mendo’akannya kepada Allah supaya Allah menunaikan hajatnya, atau disembuhkan dari penyakitnya.
·        Atau seorang mukmin (Syaikh, Kiyai, Ustadz) atau yang lainnya mendo’akan saudara muslim yang lain tanpa diminta, seperti ketika ia melihat saudara nya dalam kesempitan. Maka ia berdo’a kepada Allah untuk menghilangkan kesempitan yang dialami saudaranya tersebut.

Dalil disyari’atkan bertawassul dengan do’a orang sholih :
1)    Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Pernah terjadi musim kemarau pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkhutbah di hari Jum’at. Tiba-tiba berdirilah seorang Badui, ia berkata : ‘Wahai Rasulullah, telah musnah harta dan telah kelaparan keluarga. Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a: “Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.” Tidak lama kemudian turunlah hujan.
2)    Dari Anas Bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu (ketika terjadi paceklik) ia meminta hujan kepada Allah melalui do’a ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib Radhiyallahu anhu, lalu berkata: “Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami, lalu Engkau menurunkan hujan kepada kami. Sekarang kami memohon kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka berilah kami hujan.” Ia (Anas bin Malik) berkata: “Lalu mereka pun diberi hujan.”
v Tawassul yang tidak disyari’atkan, Yaitu bertawassul kepada allah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan. Seperti bertawassul dengan kedudukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan dzat makhluk atau bertawassul dengan menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai perantara dalam ibadah, seperti berdoa’a dan meminta hajat kepada mereka.Tawassul semacam ini tidak disyari’atkan. wallahu a’lam bisshowab
3.     Dalam bait diatas Syaikhul Islam Rahimahullah, mengatakan :
وَمَوَدَّةُ القُرْبى بِها أَتَوَسّــل
“Saya bertawassul dengan mencintai kerabat Nabi shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”  Ini merupakan tawassul yang diperbolehkan, karena mencintai keluarga dan kerabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, termasuk amal sholih, dan bertawassul dengan amal sholih merupakan tawassul yang disyari’atkan dalam islam.
4.     Ibnu Katsir Rahimahullah berkata :
ولا تنكر الوصاة بأهل البيت ، والأمر بالإحسان إليهم ، واحترامهم وإكرامهم ، فإنهم من ذرية طاهرة ، من أشرف بيت وجد على وجه الأرض ، فخرا وحسبا ونسبا ، ولا سيما إذا كانوا متبعين للسنة النبوية الصحيحة الواضحة الجلية ، كما كان عليه سلفهم ، كالعباس وبنيه ، وعلي وأهل بيته وذريته ، رضي الله عنهم أجمعين .
“Dan kami tidak mengingkari wasiat (untuk memuliakan dan menghormati) Ahlil bait (keluarga nabi), perintah berbuat baik kepada mereka dan menghormati serta memuliakan mereka. karena sesungguhnya mereka berasal dari keturunan yang suci dari ahlil bait yang paling mulia di muka bumi ini, kedudukan dan kebanggaan-nya serta nasab-nya. Terutama jika mereka mengikuti sunnah nabi yang sahih,yang jelas dan terang. seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka, seperti ‘Abbas dan anak-anaknya, ‘Ali dan ahlil bait serta keturunan-Nya.Semoga Allah senantiasa melimpahkan ridha-Nya kepada mereka semua.”

-Wallahu A’lam Bisshowab-
Selesai ditulis, Ahad 23 Rajab 1439 H / 08 Maret 2018 , Maktabah al-hakam, Ponpes Tahfidz Putri Al-Mahmud, Aik Ampat dasan Geres.
Bahrul Ulum Ahmad Makki
(Pimpinan Pondok Tahfidz Putri Al-Mahmud & Pengasuh al-hakam.com)

Referensi :
 Al-Laali’ Al-Bahiyah Syarh Lamiyah Karya Syaikh Ahmad bin Abdullah Al-Mardawy Al-Hambaly
Syarah Lamiyah syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Karya Syaikh Yahya Bin ‘Ali Al-Hajuri
Al-Fawaid Al-bahiyah Fi Syarh Lamiyah Karya syaikh Muhammad Hizam al-Ba’dany
Ad-Duror Al-Aqdiyah fi Syarh Lamiyah Karya Syaikh Abu Hamzah Sa’ad Abdussalam An-Nazily
http://www.alukah.net/sharia/0/98263/




Kewajiban Mencintai Semua Sahabat Nabi
Syaikhul Islam Rahimahullah berkata :
حُبُّ الصَّحابَةِ كُلهمْ لي مَذْهَبٌ    وَمَوَدَّةُ القُرْبى بِها أَتَوَسَّــلُ
“Mencintai semua sahabat merupakan madzhabku, dan mencintai kerabat nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan itu aku bertawasul”.
Penjelasan Matan Lamiyah Ibnu Taimiyah :
1.     Sahabat adalah Siapa saja yang bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik dari kalangan manusia atau jin, lalu beriman kepada Nya dan mati dalam keadaan beriman.Walaupun pernah murtad, kemudian kembali lagi memeluk Islam.
2.     Malaikat yang bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak dikatakan sebagai sahabat karena Nabi tidak diutus untuk mereka.Inilah pendapat yang benar. Wallahu A’lam Bisshowab

Syarah Lamiyah Ibnu Taimiyah Bag.2
Kewajiban Berpegang Kepada Kebenaran Dan Hukum memuji diri sendiri

اسمَعْ كَلامَ مُحَقِّقٍ فِي قَـوْلـِهِ    لَا يَنْـثَنِي عَنْـهُ وَلَا يَتَبَـدَّلُ
“Dengarkanlah pembicaraan ahli tahqiq di dalam perkataannya, dimana Ia tidak pernah mundur dan berubah dari perkataannya”.
Penjelasan Matan Lamiyah :
Dalam ba’it syair ini syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menyanjung dan memuji dirinya, bahwa ia seorang ahli tahqiq yang tidak akan pernah mundur dan meninggalkan kebenaran yang ia yakini.Hal ini tidak bertentangan dengan ayat atau hadits-hadits yang melarang untuk memuji diri sendiri, karena didalamnya terdapat mashlahat syar’i. diantaranya supaya pembaca tidak ragu menerima apa yang akan disampaikan Syaikhul Islam karena beliau seoramg ‘Ulama yang ahli dan mumpuni dalam semua bidang ‘Ilmu agama.
Syarah Risalah Lamiyah Ibnu Taimiyah bag.1 : Bertanya Masalah Agama Kepada Ahlinya
يا سَائِليْ عَنْ مَذْهَبِيْ وعَقيدَتِيْ     رُزِقَ الهُدَى مَنْ لِلْهِدَايَةِ يَسْأَلُ
Wahai orang yang bertanya  tentang madzhab dan aqidahku, Semoga diberi anugrah petunjuk orang yang bertanya (meminta) tentang hidayah
Penjelasan Matan :
1.     Syaikhul Islam menulis risalah ringkas ini sebagai jawaban atas seseorang yang bertanya kepada beliau tentang aqidah dan madzhab yang diyakininya. Dan inilah yang sepantasnya dilakukan oleh seorang muslim agar bertanya kepada ‘Ulama perkara-perkara yang tidak difahami dalam urusan agamanya, supaya ia beribadah berdasarkan ilmu dan petunjuk. Bukan karena ikut-ikutan.

Sebab-Sebab Yang Memperkokoh Persaudaraan Antar Sesama Muslim
قَالَ تَعَالَى : ) إِنَّمَا المُؤْمِنُونَ إخْوَةٌ ( [ الحجرات : 10 ]
Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (QS. Al Hujurat: 10).
Penjelasan dan tafsir Surat Al-Hujurat ayat 10 :
1.     ‘Ulama Tafsir berkata tentang ayat diatas, Bahwa kata ( إِنَّمَا ) menunjukkan makna membatasi, membatasi persaudaraan hanya sesama mukmin, tidak ada persaudaraan antara orang mukmin dan orang kafir.

TAUBATNYA WANITA YANG BERZINA

Posted by Unknown On April 08, 2018 No comments

Taubatnya wanita yang berzina
وَعَنْ أبي نُجَيد - بضَمِّ النُّونِ وفتحِ الجيم - عِمْرَانَ بنِ الحُصَيْنِ الخُزَاعِيِّ رضي الله عنهما : أنَّ امْرَأةً مِنْ جُهَيْنَةَ أتَتْ رسولَ الله وَهِيَ حُبْلَى مِنَ الزِّنَى ، فقالتْ : يَا رسولَ الله ، أصَبْتُ حَدّاً فَأَقِمْهُ عَلَيَّ ، فَدَعَا نَبيُّ الله وَليَّها ، فقالَ : أَحْسِنْ إِلَيْهَا ، فإذا وَضَعَتْ فَأْتِني ، فَفَعَلَ فَأَمَرَ بهَا نبيُّ الله ، فَشُدَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا، ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ، ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا. فقالَ لَهُ عُمَرُ: تُصَلِّي عَلَيْهَا يَا رَسُول الله وَقَدْ زَنَتْ ؟ قَالَ: (( لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أهْلِ المَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ، وَهَلْ

Perintah Tolong Menolong Dalam Kebaikan

Posted by Unknown On April 08, 2018 No comments

Perintah Tolong Menolong Dalam Kebaikan
قَالَ الله تَعَالَى : ) وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى ( [ المائدة : 2 ]
“Dan tolong menolonglah kalian dalam berbuat  kebajikan dan ketaqwaan”. (QS. Al-Maidah 2)

Penjelasan dan Tafsir ayat :
1.     Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata : “Allah Subhanahu wa ta’ala  memerintahkan hambanya yang beriman untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, inilah yang dimaksud dengan Al-Bir (kebajikan) dan meninggalkan kemungkaran, inilah taqwa, dan melarang mereka saling menolong dalam kebatilan,dosa dan yang haram”.

Dicabutnya Amanah Dari Hati Manusia

Posted by Unknown On April 08, 2018 No comments

Dicabutnya Amanah Dari Hati Manusia
عن حذيفة بن اليمان رضي الله عنه ، قَالَ : حدثنا رَسُول الله صلى الله عليه وسلم، حدِيثَينِ قَدْ رأيْتُ أحَدَهُمَا وأنا أنتظرُ الآخر : حدثنا أن الأمانة نَزلت في جَذرِ قلوبِ الرجال ، ثُمَّ نزل القرآن فعلموا مِنَ القرآن ، وعلِموا من السنةِ ، ثُمَّ حدّثنا عن رفع الأمانة ، فَقَالَ : (( يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبهِ ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ الوَكْتِ ، ثُمَّ يَنَامُ النَّومَةَ فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبهِ ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ أَثَرِ المَجْلِ ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ ، فَتَرَاهُ مُنْتَبراً وَلَيسَ فِيهِ شَيءٌ )) ثُمَّ أخَذَ حَصَاةً فَدَحْرَجَهُ عَلَى رِجْلِهِ (( فَيُصْبحُ النَّاسُ يَتَبَايعُونَ ، فَلا يَكَادُ أحدٌ يُؤَدّي الأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ : إنَّ في بَني فُلان رَجُلاً أميناً ، حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ : مَا أجْلَدَهُ ! مَا أَظْرَفَهُ ! مَا أعْقَلَهُ ! وَمَا في قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّة مِن خَرْدَل مِنْ إيمَان )) . وَلَقدْ أتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا أُبَالِي أيُّكُمْ بَايَعْتُ : لَئن كَانَ مُسْلِماً لَيَرُدَّنَّهُ عليَّ دِينهُ ، وَإنْ كَانَ نَصْرانِيّاً أَوْ يَهُودِياً لَيَرُدَّنَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ ، وَأَمَّا اليَوْمَ فَمَا كُنْتُ أُبَايعُ مِنْكُمْ إلاَّ فُلاناً وَفُلاناً )       مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyampaikan kepada kami dua hadits, salah satu dari keduanya telah saya lihat, dan sekarang saya sedang menunggu yang lainnya. Beliau menyampaikan kepada kami bahwa amanah telah turun kelubuk hati manusia, kemudian turunlah Al-qur’an, maka mereka mengetahui sebagian dari al-Qur-an, mengetahui sebagian dari as-Sunnah, dan beliau menceritakan kepada kami tentang terangkatnya amanah, beliau bersabda : “Seorang laki-laki tidur, lalu amanah di cabut dari hatinya, maka bekasnya masih tetap ada bagaikan noda hitam yang kecil, lalu dia tidur kemudian amanah dicabut lagi dari hatinya, maka bekasnya bagaikan lepuh(bengkak berisi air), seperti sebongkah bara api yang dijatuhkan pada kakimu, lalu ia melukainya sehingga engkau melihatnya melepuh, padahal didalamnya tidak apa-apa.kemudian Nabi (mencontohkan) dengan mengambil batu kerikil lalu menjatuhkan pada kakinya, pada pagi harinya manusia melakukan jual beli,tetapi hampir tidak ada seorangpun dari mereka yang  menunaikan amanah,hingga dikatakan, ‘Sesungguhnya di bani Fulan ada seorang laki-laki yang terpercaya,’ dan dikatakan kepada seseorang, Alangkah sabarnya dia! Alangkah cerdik nya dia! dan Alangkah pandai nya dia! Sementara di dalam hatinya tidak ada keimanan seberat biji sawi pun. Telah datang kepadaku satu zaman di mana aku tidak pernah peduli kepada siapa saja di antara kalian aku melakukan jual beli, jika ia seorang muslim, maka keislamannya yang akan mengembalikan (amanah), dan jika seorang Nasrani, maka walinyalah yang akan mengembalikan (amanah) kepadaku. Adapun hari ini, maka aku tidak melakukan jual beli kecuali kepada si fulan dan si fulan.”

Site search