Keempat : Adanya
perhatian untuk menghafal matan ringkas dalam bidang ilmu yang dia tuntut.
Misalnya, dalam Aqidah, menghafal matan Ath Thohawiyah
dan matan Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Dalam ilmu Mustholah, menghafal Alfiyah As Suyuthi
apabila mampu.Jika semangatnya rendah, maka menghafal matan ringkas pilihan
yaitu Al Mughniyah fi Ilmil Mustholah.
Dalam ilmu Nahwu, menghafal matan Alfiyah Ibni
Malik.Jika semangatnya rendah, maka menghafal Al Mulihhah karya Al Hariri.
Dalam ilmu Hadits, menghafal matan Umdah dan Bulughul
Maram,
setelah itu apabila mudah baginya, menghafal Shohih Muslim, kemudia kitab satuan dari Shohih Bukhari, apabila dia menambah menghafal matan Shohih Musnad milik Syaikh kami, maka sungguh dia telah memperoleh kebaikan yang banyak.
setelah itu apabila mudah baginya, menghafal Shohih Muslim, kemudia kitab satuan dari Shohih Bukhari, apabila dia menambah menghafal matan Shohih Musnad milik Syaikh kami, maka sungguh dia telah memperoleh kebaikan yang banyak.
Inilah yang dia lakukan di setiap bidang ilmu yang dia
tuntut, sebagaimana nanti akan datang penjelasan tambahan tentang hal ini,
insyaAllah.
Al ‘Allamah As Sa’di berkata : “Seorang penuntut ilmu
hendaknya bersungguh-sungguh untuk menghafal ringkasan dari bidang ilmu yang
sedang dia geluti, apabila dia berhalangan atau susah untuk menghafalnya, maka
dia menghafal 1(satu) lafadz, kemudian mengulang-ulangnya dengan merenungi
maknanya, hingga makna tersebut tertancap kuat di hatinya. Kemudian dia membaca
sisa kitab lainnya seperti kitab tafsir, syarah dan cabang-cabang dari berbagai
ushul yang dia ketahui.
Karena jika seseorang menghafal ushul, maka dia akan
mempunyai kemampuan sempurna untuk mengetahuinya, dan dia tidak memerlukan
kitab yang kecil maupun yang besar dalam bidang ilmu tersebut.Barangsiapa yang
menyia-nyiakan ushul, maka dia akan terhalang untuk mencapainya.
Maka barangsiapa yang bersemangat untuk mengerjakan
sesuatu yang telah kami sebutkan, dan dia meminta pertolongan kepada Allah,
maka Allah akan menolongnya dan memberkahi ilmu serta jalan yang ia tempuh.
Dan barangsiapa yang menempuh selain jalan yang
bermanfaat ini dalam menuntut ilmu, maka waktunya akan banyak yang terlewatkan,
dan dia tidak memperoleh kecuali rasa letih, sebagaimana hal ini telah
diketahui dari kenyataan yang ada dan dengan percobaan, dan kenyataanlah yang
menyaksikannya.Apabila Allah memberi kemudahan kepada pengajar untuk
memperbagus cara mengajar dan metode-metode untuk memahamkan, maka telah
sempurnalah sebab yang mengarahkan kepada tercapainya
ilmu(insyaAllah)”.(selesai perkataan beliau).
Syaikh Al Utsaimin – rahimahullah – berkata : “Seorang
penuntut ilmu harus memperhatikan
beberapa perkara ini ketika sedang menuntut ilmu apa saja :
1.
Menghafal
matan ringkas dalam ilmu tersebut.
2. Memantapkan
dan meminta penjelasan kepada seorang syaikh yang berkompeten, dan memperjelas
lafadz-lafadz kepadanya pula, baik lafadz tambahan atau yang kurang.
3. Tidak
menyibukkan diri dengan kitab-kitab besar yang berjilid-jilid.Ini adalah point
penting bagi penuntut ilmu, dia harus memantapkan ringkasan terlebih dahulu,
sehingga ilmu tertancap kuat di kepalanya, kemudia menggeluti kitab-kitab
besar.Akan tetapi sebagian mereka terkadang berbuat keanehan, mereka mulai
menelaah kitab-kitab besar, kemudian apabila dia duduk di suatu majelis, dia
berkata: “Pengarang kitab ini telah berkata dst, pengarang kitab itu telah
berkata dst”, agar telihat dia adalah seorang yang banyak menelaah, ini adalah
sebuah kesalahan.Kami mengatakan, mulailah dengan kitab ringkasan, hingga ilmu
tertancap kuat di kepalamu, kemudian apabila Allah memberi anugerah kepadamu,
maka sibukkanlah dirimu untuk mempelajari kitab-kitab besar.
4. Jangan
berpindah dari satu ringkasan ke ringkasan yang lain tanpa ada sebab yang
mengharuskan. Karena ini termasuk sesuatu yang membuat gelisah, ini adalah
penyakit besar yang memutus kegiatan penuntut ilmu dan membuang waktunya.
Al ‘Allamah Az Zarnuji berkata dalam kitabnya yang
menyenangkan, Ta’limul Muta’allim Thoriqot Ta’allum hal.15 : “Seyogyanya bagi
penuntut ilmu untuk teguh dan bersabar pada satu kitab sampai dia tidak
meninggalkannya begitu saja, dan
bersabar pada satu bidang ilmu hingga tidak menyibukkan diri dengan bidang
ilmu lainnya sebelum dia memantapkan yang pertama, kemudian bersabar pada satu
negeri sampai tidak berpindah ke negeri yang lain tanpa keperluan mendesak,
karena semua hal ini akan mencerai-beraikan perkara yang lain, menyibukkan
hati, menyia-nyiakan waktu, menyakiti pengajar, maka seharusnya dia bersabar
terhadap keinginan jiwa dan nafsunya. Seorang penyair berkata :
-
إن الهوى لهوى الهوان بعينه.
وصريع كل هوى صريع
هوان.
Sesungguhnya hawa nafsu adalah kehinaan itu sendiri
Dan tempat jatuhnya hawa adalah kehinaan
Hendaknya dia bersabar atas ujian dan musibah, telah
dikatakan : Perbendaraan anugerah berada di jembatan ujian. Saya bersyair –
dikatakan ini adalah perkataann Ali bin Abi Thalib - :
Ketahuilah, ilmu tak dapat diraih kecuali dengan
6(enam) hal
Saya akan mengabarkannya semuanya padamu dengan
penjelasan
Kecerdasan, semangat, kesabaran, biaya
Pengarahan ustadz, waktu yang lama.
5. Mengambil
intisari dari faidah-faidah dan ketentuan ilmiah.Yaitu berupa faidah-faidah
yang hampir tidak terpikirkan atau jarang disebutkan dan muncul, atau
permasalahan kontemporer yang memerlukan penjelasan, inilah yang diambil
intisarinya, ikatlah faidah-faidah tersebut dengan tulisan. Jangan katakan :
“Ini adalah permasalahan yang telah saya ketahui, saya tidak perlu menulisnya”,
justru inilah yang cepat terlupa. Berapa banyak faidah yang dilalui penuntut
ilmu, kemudian dia mengatakan : “Ini mudah, tidak perlu ditulis”, tidak
beberapa lama kemudian, dia berusaha mengingatnya akan tetapi tidak mendapatkannya.
Kelima : Bertekad
untuk menuntut ilmu, dan jangan goyah.
- Bertekadlah untuk menuntut ilmu selama anda rela bahwa ini adalah jalanmu.
- Juga, bertekadlah untuk dapat berkembang, jangan duduk diam saja, berpikirlah bagaimana agar ilmumu dapat berkembang, dengan menambah dalil-dalil dan permasalahan-permasalahan, sehingga kemampuanmu dapat berkembang sedit demi sedikit.
- Mintalah bantuan kepada teman-teman atau saudara-saudaramu yang anda percayai, ketika ada suatu permasalahan membutuhkan penjelasan orang lain, dan jangan malu untuk mengatakan : “Wahai fulan, bantulah saya untuk memecahkan masalah ini dengan membuka-buka beberapa kitab”, dengan malu, tidak seorang pun dapat meraih ilmu, karena ilmu tak dapat diraih oleh orang yang malu dan orang sombong.
- Az Zarnuji berkata dalam kitab Ta’limul Muta’allim hal.16 : “Adapun memilih teman belajar, maka hendaknya memilih seorang yang bersungguh-sungguh(dalam menuntut ilmu), yang wara’, yang memiliki tabiat lurus, yang menjauhi orang pemalas, pengangguran, yang gemar bersaing dalam kekayaan, perusak, dan pemfitnah. Seorang penyair berkata :
Tentang seseorang, jangan tanya tentangnya, tetapi
lihatlah temannya
Karena setiap orang mencontoh temannya
Apabila temannya buruk, maka ia akan cepat terpengaruh
Apabila temannya baik, maka ia akan mencontohnya
Saya bersyair :
Jangan berteman dengan pemalas di kebanyakan waktunya
Berapa banyak orang sholih rusak karena orang lain
Orang bodoh cepat untuk menjadi orang sabar
Seperti bara yang diletakkan di pasir, pasti cepat
membeku
Dan dikatakan :
Jika engkau mencari ilmu dari asalnya
Atau engkau memberi kabar kepada orang yang tidak hadir
Maka pahamilah sebuah daerah melalui namanya
Dan pahamilah seseorang melalui temannya
0 komentar:
Posting Komentar