Kesembilan :
Jika anda mulai mempelajari atau membaca sebuah kitab, maka jangan katakan
bahwa anda akan mengulangi membacanya.
Ketahuilah, bahwa tekad untuk mengulang membaca suatu
kitab yang sedang dipelajari, dapat membuat anda meremehkan pelajaran dan tidak
memperhatikan penjelasan, dan dapat menyia-nyiakan waktu serta membuat bosan.
Ibnu Badron meriwayatkan dari syaikhnya, Muhammad bin Utsman, berkata : “Tidak seharusnya bagi seseorang yang membaca sebuah kitab untuk berkeinginan membacanya yang kedua kalinya, karena tekad ini menghalanginya dari memahami isi kitab, bahkan dia membayangkan tidak
akan mengulang untuk membacanya yang kedua kali, dan dia berkata : “Setiap kitab mengandung permasalahan yang lebih mudah dari kitab tadi atau lebih rumit”. Maka dia menetapkan untuk membaca kitab yang lebih mudah, karena kamu sangat bersemangat untuk memahami kitab lain.
Kesepuluh : Berusaha, bersungguh-sungguh, membiasakan diri, dan bersikeras untuk mendapatkan ilmu.
Syaikh Bakr Abu Zaid – rahimahullah – berkata : “Termasuk
diantara tabiat islam adalah berhias dengan besarnya kemauan, yang menentukan
kelakuan negatif atau positif pada kepribadianmu, yang mengawasi gerak-gerikmu.
Dengan besarnya kemauan, anda akan memperoleh kebaikan yang tidak terputus – dengan izin Allah -, agar dapat meningkat
menuju derajat kesempurnaan, maka mengalirlah dalam urat anda darah kecerdasan,
dan lari di medan ilmu dan amal, manusia tidak melihatmu berpijak kecuali di
pintu-pintu keutamaan, dan tidaklah mengerahkan tanganmu kecuali untuk sesuatu
yang penting”.(selesai perkataan Syaikh).
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan perkataan ini : “Ini
adalah sesuatu terpenting yang harus dimiliki seseorang ketika menuntut ilmu.
Sehingga dia akan memiliki tujuan, akan tetapi bukan maksudnya menghabiskan
waktu dengann menuntut ilmu, akan tetapi dia harus memiliki kemauan yang besar.
Termasuk kemauan yang paling penting yang dimiliki oleh seorang penuntut ilmu
adalah dia berkeinginan untuk mengajarkan ilmunya kepada kaum muslimin, dan
merasa bahwa derajat ini dicapai secara perlahan-lahan hingga dapat
mencapainya, dan jika demikian keadaannya, maka dia akan melihat bahwa hal ini
adalah perantara untuk menyampaikan syariat antara Allah azza wa jalla dan
hamba, ini adalah keistimewaan kedua.
Apabila dia merasakan hal ini, maka dia
akan terus bersemangat untuk mengikuti Al Quran dan hadits dan mengabaikan
pendapat selain ulama, akan tetapi dia tetap mendengarkannya, dan dengan
pendapat-pendapat tersebut dia jadikan perantara untuk memgetahui kebenaran, karena
ucapan para ulama – rahimahumullah –
adalah ilmu, dan tidak diragukan bahwa
di sana terdapat pintu bagi kita, jika bukan
karena mereka, kita tidak akan bisa mengeluarkan sebuah hukum dari
nash-nash, atau mengetahui pendapat yang rajih dan marjuh, dan yang semisalnya.
Yang terpenting adalah seseorang itu mempunyai
kemauan. Jika dia berniat seperti tadi, dengan izin Allah ta’ala, Dia akan
menolongnya untuk mencapai cita-citanya tersebut.
Setelah itu wahai saudaraku, sesungguhnya tidak ada
cara menuju kesuksesan seorang penuntut ilmu – semoga Allah menjadikannya
bermanfaat – kecuali dengan membiasakan belajar dan mencoda hal ini, banyak
mengulang pelajaran dan berjaga malam untuk belajar, selalu dalam keadaan
terjaga dan selalu memahami, bersama adanya ketakwaan dan berpijak pada agama
yang kuat, bersikap adil dan sering mendatangi majelis ulama, mencari kebenaran,
dan memantapkan pelajaran. Jika anda tidak melakukannya :
Tinggalkanlah kitab, karena anda bukan termasuk
bagiannya
Walaupun anda melumuri wajah dengan tinta
Allah ta’ala berfirman :
فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون
(النحل : 43).
Artinya : Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.(Q.S An Nahl 43)
Kesebelas :
Bersabar atas panjangnya perjalanan menuntut ilmu.
Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya ilmu tidak diraih
dengan badan yang bersantai-santai, dan tidak diraih dengan harapan panjang
atau berlebihan. Ilmu tidak diperoleh dengan kemauan yang rendah dan tekad yang
lemah, harus dengan terus menerus belajar, kerja keras dan tidak berpindah dari
satu bidang ke bidang ilmu yang lain kecuali setelah memantapkannya dan adanya
kebutuhan mendesak, demikian pula, tidak berpindah dari satu kitab yang belum
diselesaikan ke kitab yang lain, atau dari syaikh ke syaikh yang lain kecuali
ada kebutuhan mendesak yang dengan berpindah ke syaikh lain dapat meningkatkan
ilmu anda.
Syaikh Utsaimin – rahimahullah – berkata : “Seorang
penuntut ilmu harus mengerahkan kekuatan untuk mendapatkan ilmu, dan bersabar.
Hendaknya dia menjaga ilmu setelah mendapatkannya, karena ilmu tidak diraih
dengan badan yang bersantai-santai. Maka seseorang yang belajar, menempuh semua
jalan yang dapat mengantarkannya menuju ilmu, dann bersikeras untuk
mendapatkannya, bersungguh-sungguh, berjaga di kebanyakan malam, dan
meninggalkan hal-hal yang dapat memalingkannya dari belajar atau
menyibukkannya, pada usaha keras salafussholih terdapat kisah-kisah yang
terkenal.
Beliau – rahimahullah – berkata : “Termasuk adab yang
paling penting, yang wajib atas seorang penuntut ilmu untuk berhias dengannya
adalah : ats tsabat, artinya adalah bersabar dan berusaha keras, tidak bosan,
tidak berkeluh kesah, tidak mempelajari sedikit dari suatu kitab atau mengambil
sepotong dari satu bidang ilmu kemudian meninggalkannya, karena hal ini
membahayakannya dan dapat menghabiskan hari-harinya tanpa faidah.
Misalnya : Sebagian pelajar sesekali membaca dalam
bidang fiqh : Zadul Mustaqni’, sesekali membaca Umdatul Fiqh, sesekali Al
Mughni, sesekali Syarah Muhadzzab, demikianlah dia membaca di setiap kitab ,
dan seterusnya.
Hal ini – kebanyakan- tidak dapat menghasilkan ilmu,
dan jika menghasilkan ilmu, maka menghasilkan permasalahan bukan ushul(dasar
ilmu)”.
Kemudian beliau berkata : “Tetaplah membaca kitab yang
sedang anda baca, atau anda ulang, dan tetaplah belajar kepada syaikh yang anda
menimba ilmu darinya. Jangan menjadi orang yang suka mencoba-coba, setiap pekan
berada di seorang syaikh … , setiap bulan berada di syaikh … .
0 komentar:
Posting Komentar